Yogyakarta - Krack!, kolektif seni cetak grafis berbasis Yogyakarta yang telah eksis sejak 2013, kembali menunjukkan komitmennya dalam memajukan seni cetak grafis di Indonesia. Kali ini, mereka menggelar Festival Seni Cetak Grafis: Trilogia 2024 yang akan berlangsung mulai 7 Desember 2024, menghadirkan rangkaian pameran, simposium dan program kolaborasi lintas komunitas.
Mengangkat Watak Seni Cetak Grafis
Dengan tema “Watak”, festival ini mengeksplorasi karakter seni cetak grafis yang distributif, repetitif dan reproduktif. Direktur Festival Sukma Smita menegaskan, seni cetak grafis tidak hanya berbicara tentang estetika, tetapi juga merupakan refleksi budaya dan politik keseharian masyarakat.
“Dalam sejarahnya, seni cetak grafis memiliki banyak sebutan, seperti seni cetak atau seni grafis. Berdasarkan riset yang dilakukan Krack!, istilah ‘seni cetak grafis’ dipilih karena mencakup proses menggambar, mencetak, dan penggandaan gambar, ” ujar Sukma, saat jumpa pers di VRTX Compound Space di Jalan Margo Utomo No.38, Gowongan, Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (24/11/2024).
Rangkaian Pameran di Galeri R.J. Katamsi
Pameran menjadi salah satu sorotan utama festival ini, yang digelar pada 7-20 Desember 2024 di Galeri R.J. Katamsi, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Dengan tiga lantai yang dikurasi secara tematik, pengunjung dapat:
Lantai 1: Menyaksikan arsip sejarah seni cetak grafis di Indonesia, dari era kolonial Belanda hingga Orde Baru, termasuk perannya dalam propaganda.
Lantai 2: Menikmati karya seni kontemporer dari seniman nasional dan internasional seperti Alfin Agnuba, Aurora Arazzi, Fx. Harsono, dan lainnya.
Lantai 3: Mengeksplorasi benda-benda keseharian yang menunjukkan bagaimana budaya cetak telah melekat dalam kehidupan masyarakat.
Baca juga:
Asal Usul Suku Kampai Minangkabau
|
Festival ini juga mengadakan simposium bertajuk “Watak Seni Cetak Grafis di Indonesia” pada 13-15 Desember 2024 di Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Diselenggarakan secara hibrida, simposium ini menghadirkan pembicara seperti Dr. Citra Smara Dewi, Dr. Alexander Supartono, dan Dr. Stanislaus Sunardi, serta melibatkan 7 panel diskusi yang membahas seni cetak grafis dalam konteks sejarah, budaya material, dan seni rupa kontemporer.
Melibatkan komunitas seperti SkolMus (Kupang), Lumbung Kawruh (Gunungkidul), Sekolah Sablon Indonesia (Jakarta), dan SeniNGrafis (Jakarta), program kolaborasi berlangsung sepanjang Oktober-Desember 2024. Kegiatan ini melibatkan produksi karya hingga lokakarya sesuai konteks lokal masing-masing komunitas.
Selain itu, program publik seperti pertunjukan teater dan musik, tur pameran bersama kurator, live cukil serta permainan gambar umbul dan boardgame akan digelar di lokasi pameran. Studio seni cetak grafis di Yogyakarta, Jakarta dan Bali juga akan diaktivasi untuk melibatkan lebih banyak audiens.
Agung Kurniawan, Direktur Artistik festival ini, berharap festival ini dapat memantik diskusi dan pertukaran pengetahuan di berbagai ruang. “Seni cetak grafis itu hidup. Yang mati itu seni grafis akademis, ” tegasnya.
Festival ini diharapkan menjadi langkah awal dari trilogia yang segar, berkualitas dan menyenangkan, merangkul lebih banyak kalangan untuk memahami seni cetak grafis sebagai bagian dari budaya cetak Indonesia.